[09:36, 23/8/2016] Arni K11: *
NOTULENSI KOL
*
: Sabtu, 12 Agt 2016
: Room Sahabat Odoj
: 19.30 - Selesai
: *Bunda Rianti
*
: *Adab Berinteraksi di Dunia Maya
*
*Materi :
*
Disadari atau tidak, dunia maya telah melahirkan bentuk komunikasi baru Silaturahmi, beramah tamah, bertegur sapa, menyampaikan pesan, bertukar informasi, dan mcndapatkan teman baru, betapa mudahnya untuk dilakukan. Duduk di depan komputer, terhubung dengan Internet maka seluruh dunia dapat dijangkau hanya dalam sekejap. Bahkan kini, cukup dengan handphone dalam genggaman, semua model komunikasi yang kini tenar dengan nama jejaring sosial atau pertemanan makin menghidupkan dunia modern ini.
Namun berkomunikasi dalam dunia maya tetap saja ada aturan yang tak bisa disepelekan. Dalam dunia nyata, kita mengenal adab berinteraksi. Menjaga Iisan, menjaga pandangan, dan menjaga perilaku. Begitupun dalam dunia maya. Hal ini perlu diperhatikan karena karakter media online seperti jejaring sosial memang seperti itu, terbuka. Maka bergaul di ranah maya sebagaimana di ranah nyata tetap saja ada rambu-rambunya.
Satu hal yang kadang melalaikan seseorang ketika berinteraksi dalam dunia maya adalah adab.
Sesungguhnya adab-adab berinteraksi dalam dunia nyata berlaku sama ketika kita memasuki dunia maya. Yang membedakan hanya kemudahannya saja. Namun kadang hal itu luput dari kesadaran kita, entah karena lalai, keasyikan, atau memang tidak menyadari pola interaksinya. Sehingga seringkali terjadi, dalam dunia maya pun timbul konflik yang muncul dari buruknya cara berinteraksi. Merasa tidak bertatap muka Iangsung, yang terjadi adalah lepas kendali dalam menuliskan kata-kata.
Seperti dalam salah satu situs jejaring sosial yang kini makin digandrungi, Facebook, orang merasa bebas mengungkapkan isi hati dan berbagi cerita, hingga lupa bahwa bisa jadi ada kesalahpahaman persepsi dalam mengartikan kata-kata.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kadang orang terlalu gamblang menuangkan kehidupan pribadi dalam situs pertemanannya. Cerita soal pribadi dan kcgiatan sehari-hari di Multiply misalnya. Padahal sebagai seorang Muslim, adab-adab berinteraksi harus dilekatkan di manapun kita berada. Bukan hanya sekadar mensosialisasikan kehidupan pribadi.
Tentu ada norma-norma Islam yang harus dijunjung tinggi ketika berkomunikasi dalam dunia maya. Sebab dunia maya sendiri bukan sekedar dunia di luar realita.
Saat menggunakan fasilitas audio chat misailnya, tetap menjaga ungkapan lisan dan cara bertutur kata menjadi kewajiban walaupun orang yang kita ajak bicara hanya terpampang fotonya saja. Apalagi bila bicara dengan mengaktifkan web Kamera.
Begitu pula kita harus sigap menata hati untuk terus menerus mengingat berada di bawah pongawasan Allah agar bisa torhindar dari pergaulan maya yang melalaikan. Bercanda, saling ejek, saling goda hingga muncul-muncul efek negatif yang tidak diinginkan. Dengan sesama jenis bisa timbal intrik, dengan lawan jenis bisa tumbuh bibit perselingkuhan.
Karenanya perlu diperhatikan juga nahwa walaupun di dunia maya, bukan berarti adab-adab yang berlaku di dalamnya maya pula alias tidak nampak. Adab-adab yang berlaku di dalamnya maya pula alias tidak nampak. Adab-adab pergaulan dalam dalam dunia maya pun harus jelas mencirikan sebagai seorang Muslim yang beradab. Jangan sampai ketika di dunia maya maka adab yang selama ini dijunjung tinggi di kesampingkan. Seperti misalnya, ada kasus-kasus yang melanggar batas pergaulan dalam Islam, terjadinya perselingkuhan, hubungan tanpa status, bahkan sampai berlaku kriminal.
Apa adab yg perlu diperhatikan?
1) Diperlukan kondisi ruhiyah yang baik.
Mengedepankan adab Islam, inilah salah situ sikap bijak dalam menggunakan akun jejaring pertemanan. Lantas bagaimana adab Islam memanfaatkan jejaring sosial dunia maya ini.
Pertama tentulah dimulai dari niat
Itu yang harus diluruskan. Sepertinya sepele. Masak mo fesbukan aja pake niat . Tapi kita memang harus memulainya dengan niat menebar kebaikan supaya jadi amal SHALIH.
Untuk tujuan apa kita membuka sebuah akun pertemanan? Apakah sekedar iseng, mengikuti tren, atau memang ada nilai lebih yang ingin disampaikan. Kalau hanya sekedar ikut-ikutan dan mengisi “status” dalam facebook yang tidak ada manfaatnya sebaiknya niat itu harus dikembalikan ke jalur yang benar. Karenanya ketika ada orang-orang tertentu yang salah langkah dalam menggunakan jaring pertemanan dunia maya ini, sebenarnya niatnya sudah salah. Besar kemungkinan niat mereka sewaktu bergabung dengan jaring sosial dunia maya ini belum benar atau berubah di tengah jalan karena keasyikan. Atau bisa jadi akibat cultural lag, keterlambatan budaya. Maka yang timbul adalah masyarakat kita belum bisa memanfaatkan situs jejaring sosial ini SELAYAKNYA.
Sayang memang, apabila teknologi secanggih ini tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya hanya dengan rnengindahkan adab pertemanan. urerkadang mengabaikan etika sehingga teknologi tidak membantu menjodi lebih balk matah menimbulkan efek-efek NEGATIF.
Kedua, isilah ‘status’ dalam jejaring sosial yang kita ikuti dengan kata-kata yang penuh inspirasi, bukar dengan kata-kata yang tidak jelas. Atau kalimat yang sekedar bilang ,”lagi kebeleeeet bangetssss.”
Namun bukan berarti, kita perlu berkata-kata ‘garing’ di dalam bergaul di dunia maya. Hanya saja, perlu disesuaikan formatnya. “Jaringan sosial itu kan punya karakter sendiri. la adalah sarana bergaul, bukan sarana taklim atau ceramah. Lalu pesan-pesan kita harus dikemas secara komunikatif.
Saya pun bila merespons komentar teman-teman di jaringan sosial seringkali tidak saya jawab dengan langsung mengemukakan dalil tapi saya uraikan dengan renungan dan refleksi saya sendiri. Dengan begitu dialog akan terasa lebih akrab. Tidak berkesan menggurui tapi lebih berkesan ‘curhat’. Dan satu hal lagi, jawabannya juga tidak perlu panjang-panjang. Setelah lawan bicara menanggapi positif pesan kita baru kita berikan dalil SYARATNYA.
Ketiga, selektif. Selektiflah dalam memilih teman dan dalam berkomentar.
MISAL, kita selalu berupaya tidak mengkonfirmasi orang yang minta dijadikan teman bila ia tidak jelas. Misalkan, foto profilnya tidak berupa foto tapi gambar-gambar yang tidak jelas, namanya terlihat dibuat-buat, dan lain-lain. Juga selektiflah dalam berkomentar. Kadang banyak komentar-komentar yang tidak perlu dikomentari. Ada pula yang bila dikomentari hanya akan memperpanjang debat kusir dan mengotori hati. Jauhi dialog seperti ini. Dan satu hal yang bisa menjaga kualitas selektifitas kita adalah tarbiyah ruhiyah yang baik.
Memang, karakter jaringan sosial adalah sangat bebas. Baik buruknya tergantung pemakai. Maka untuk terhindar dari efek negatif maka kita harus memiliki self control yang kuat. Self control yang kuat dapat kita peroleh lewat tarbiyah ruhiyah yang intensif. Dengan tarbiyah ruhiyah, nurani kita akan peka dengan keburukan-keburukan yang mungkin muncul sewaktu kita menggunakan jaring sosial.
Interaksi dalam dunia maya memang mengharuskan memiliki kondisi ruhiyah yang baik. Kondisi ruhiyah yang baik akan mengontrol kita agar menggunakan jaring sosial dengan baik dan efektif.
Ruhiyah yang baik akan melahirkan mata hati yang bersih yang peka dengan keburukan. Kepekaan ini sangat perlu karena dalam jaring sosial batas antara sombong, narsis, atau tidak, sangat tipis. Dan hanya hati yang bersihlah yang mampu mendeteksi dan membedakan apakah tindakan kita wajar atau tidak.
Sumber UMMI Majalah
Pertanyaan2 :
nana.
Bagaimana caranya mengontrol hati dan pikiran kita yg kadang2 suka komen kalo liat pic temen di medsos ?
Maksudnya pic ataupun status..
Pikirkan resiko resiko yg akan terjadi saat kita tulis komentar kita... Efeknya negatif ato positif?
Bia
Mau nanya Bunda. Maaf sedikit cerita, ini adlh kisah seorng wanita yg In Syaa Allah sedang berproses menjdi lebih baik (hijrah). Yg dlunya komunikasi dngn yg bukn mahramnya tdk mengenal btasan². Saat ini dia bgtu brusaha u/ menjaga pandangn, hti serta ucapannya sehingga ketika ada laki² yg hanya sekedar menanyakn kbar, sedang apa dll. Si wanita memilih u/ tdk merespon. Pdahal mereka dlu saling mengenal. Apakh sikap wanita tsb berlebihan Bunda? (Maaf kepanjangan)
Lebih baik merespon... Tapi sampaikan bahwa ukhti sedang dalam proses berubah... Alasan alasan knp ingin berubah...jadikan ia lahan dakwah... Jika ia baik... Ia tidak akan memaksa... Justru menghormati ukhti.... InsyaAllah.
Dewi Kurnia
Ustadzah, bagaimana dg istilah ustadz/istadzah sosmed? Bisakah kita hanya belajar dr mrk? Syukron ustadzah
Selama kita masih ada kesempatan kopdar dg ustadz lebih baik kopdar... Dunia maya untuk tambahan saja...
Closing statement...
Ingat peribahasa.... Mulutmu Harimaumu... Semua apa yg kita tulis, chat bisa berbalik menjadi bumerang bagi kita...
Maka Berhati-hatilah.
Afwan minkum.
Assalamualaikum wr wb.
09:36
[09:37, 23/8/2016] +62 852-7860-7416: jut
09:37
[09:38, 23/8/2016] Arni K11: *
NOTULENSI KOL TA'LIM K327
*
: Rabu, 03 Agt 2016
: Room Ta'lim_K327
: 19.30 - Selesai
: *Bunda Rianti
*
: *Bersiap Menghadapi Hari Pembalasan
*
: Sholcan Flo
: Sholcan Mutia
*Materi
*
Shahabat Qur'an yang dirahmati Allah
Kehidupan manusia terbagi menjadi dua: kehidupan pendek di Darul ‘Amal dan kehidupan abadi di Darul Jaza.
Darul ‘Amal (tempat beramal) adalah bumi atau dunia yang kita tempati sekarang ini sampai batas waktu tertentu yang amat singkat.
(Fathir: 44-45)
Setiap lewat sehari, kita semakin dekat dengan Darul Jaza (negeri balasan). Dan bila kesempatan itu benar-benar habis, hidup di dunia ini terasa kurang dari sesaat.
Lihat (Yunus: 45)
Pejuang Qur'an Yang Dirahmati Allah...
Sedangkan yang dimaksud dengan Darul Jaza adalah negeri akhirat, tempat manusia mendapatkan balasan semua perbuatannya di Darul Amal. Dan maut adalah titik perpindahan dari Darul Amal ke Darul Jaza. Allah swt. berfirman:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan dikembalikan.’
(As-Sajadah: 11-12)
(Az-Zumar: 70-75)
Sahabat Qur'an Yang Dirahmati Allah...
Hari Akhir adalah Bukti Keadilan Ilahi
Apa Dalilnya?
#Dalil yang utama adalah informasi semua Rasul, tanpa kecuali.
Para Rasul adalah orang-orang yang telah menunjukkan kepada manusia bukti-bukti kebenaran risalah mereka. #Namun disamping itu ada juga dalil-dalil aqli (logika).
dalil logika keadilan Ilahi.
Dalam diri manusia ada perasaan cinta kepada keadilan. Ini perasaan yang membuat manusia membenci kezaliman. Pencipta perasaan cinta keadilan dalam diri manusia ini adalah Allah swt., Pencipta manusia, dan merupakan aksioma bahwa Sang Pencipta lebih agung dan lebih sempurna dari ciptaan-Nya, dan bagi Allah segala perumpamaan yang sempurna.
Pejuang Qur'an Yang Dirahmati Allah...
Jadi, keadilan Allah swt. jelas Maha Sempurna, sedangkan makhluknya tidak. Jika rasa keadilan dalam diri manusia menolak perlakuan sama antara orang zalim dan yang terzalimi, antara pembunuh dengan korban terbunuh, orang yang taat dengan yang membangkang, maka keadilan Ilahi yang sempurna tentunya lebih menolak penyamaan antara si zalim dengan yang dizalimi, antara pembunuh dan terbunuh, antara yang taat dan yang melakukan maksiat, antara mukmin dengan kafir, dan antara orang baik dan orang jahat.
Allah swt. berfirman:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (Shad: 27-28)
Namun kita tidak mendapati keadilan sempurna di dunia. Belum ada balasan yang setimpal atas semua perbuatan manusia yang baik maupun buruk. Dengan logika keadilan Ilahi yang tak mungkin diragukan, kita beriman bahwa penghitungan dan balasan amal yang seadil-adilnya itu akan kita temui di hari akhir sebagaimana diinformasikan oleh semua Rasul a.s.
Kesimpulan
Kehidupan manusia terbagi dua: kehidupan singkat di Darul Amal dan kehidupan abadi di Darul Jaza, sedangkan kematian adalah titik perpindahan antara keduanya.
Siapa yang beramal shalih di dunia, Allah swt. akan membalasnya dengan ganjaran pahala. Barangsiapa berbuat buruk, Allah swt. mengancamnya dengan hukuman setimpal. Allah swt. juga mengutus para Rasul kepada manusia, dan mereka telah membuktikan kebenaran pengakuan kerasulan mereka lalu menyampaikan wahyu Allah yang diantaranya berisi keimanan kepada hari akhir dan apa yang terjadi di sana.
Keadilan Allah swt. Maha Sempurna, dan konsekuensinya adalah perlakuan yang tidak sama antara yang jahat dan yang baik. Di dunia ini ganjaran untuk orang yang baik belum sempurna, begitu pula hukuman bagi orang jahat. Oleh karenanya Allah swt. menjadikan hari akhir untuk menyempurnakan penghargaan kepada orang-orang yang telah berbuat baik dan mengadili serta menghukum orang-orang yang ingkar kepada-Nya.
Wallahu a'lam bisshawab
Tanya Jawab :
Annisa k24:
Bun, dalam kesimpulan tertulis dan dalam Alqur'an pun sering tertulis bahwa semua perbuatan baik yang buruk akan ada balasannya. Khusus yg buruk sangat buruk kita sebagai manusia membiarkan saja tunggu Allah yg membalas aja Bun? Tp ketika kita di dzolimi berhak membela kan? What should i do. Mohon arahannya bun.
Ada dua pilihan yang bisa diambil oleh setiap muslim menghadapi situasi seperti itu,
1. Membalas perbuatan dzolim itu dengan perbuatan yang setimpal.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 194: “Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.”
Tafsir Al Qurthubi menjelaskan, “Barangsiapa saja yang menzalimimu maka ambillah hakmu yang dizalimi tersebut, barang siapa yang mencacimu, maka cacilah ia sesuai dengan cacian yang setimpal. Barangsiapa dipermalukan maka permalukan dia dan janganlah kamu melebihi itu, seperti mempermalukan kedua orangtuanya, anaknya atau kerabatnya yang lain. (tafsir Qurhubi jilid 2 hl 360 terbitan Daar Al-Shaab Kairo th. 1372 H)
Pernyataan Al Qurthubi ini menunjukkan jika dalam membalas pun tetap ada abad-adab tersendiri yang tidak boleh dilanggar, seperti tak boleh melampaui batas, tidak boleh mempermalukan orang tua, anak-anak dan kerabatnya. Hal ini memang sangat sukar dilakukan karena biasanya sudah dalam tahap sangat labil emosi dan perilaku orang yang dizalimi, tapi itulah kehebatan Islam yang penuh ajaran baik.
Bahkan Imam At-Thobari dalam tafsirnya menegaskan: Kejahatan orang yang pertama merupakan perbuatan zalim, dan balasan kejahatan yang setimpal dari orang kedua (dizalimi) merupakan ganjaran bagi orang pertama, sebab hal ini merupakan balasan perbuatan zalim atas orang zalim tersebut .
2. Membalas dengan sikap sabar
Memang jika dirunut hal ini bukan salah satu perbuatan yang ringan, bagaimana mungkin orang yang sudah dizalimi hanya bisa bersabar? karena sesungguhnya yang terjadi malah sebaliknya, ingin membalas yang lebih keras, lebih keji dan itu malah membuat pembalasan membuat dosa, buka lagi ajang pembelajaran dan sekedar membuat jera orang yang melakukan kezaliman, namun sudah melebihi atau membuat kezaliman baru. Maka jika masih bisa bersabar, maka balasan pahala terhadap orang yang bersabar jauh lebih besar, dan hal tersebut lebih disukai Allah. Seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 126 yang artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
Orang-orang yang bisa bersikap sabar itu menunjukkan bahwa ia memang bukan orang ‘biasa’ atau kebanyakan orang yang bisa mengendalikan dirinya untuk tidak terpancing emosi atau mengelola hatinya dari kemarahan atau dendam menjadi pemaaf dan menghadapi dengan penuh kesabaran.
Desy, k230
●Apakah setelah manusia bertaubat, dosa2nya yg terdahulu tetap ada pembalasannya di akhirat?
Taubatan nashuha menjamin manusia terhapus dosanya. Jadi dosa-dosa yang terhapus tidak ada pembalasan.
Shani
Mau tanya..misal ada muslim trs murtad trs muslim lg ..itu gmn apa hrus mngqodoi sholat2 yg pas murtad
Tidak perlu. karena Allah berfirman,
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأوَّلِينَ (٣٨)
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi. Sesungguhnya akan Berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu.” (Al Anfaal: 38)
Juga berdasar sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Islam itu menggugurkan perkara-perkara yang telah lalu” (HR Muslim dan Ahmad)
6 Catatan Tentang Qadha Shalat
Ada beberapa catatan penting terkait dengan qadha shalat:
Pertama, shalat adalah kewajiban yang dibatasi waktunya
Allah berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat merupakan kewajiban bagi orang beriman yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103).
Ada batas awal dan ada batas akhir untuk shalat wajib. Orang yang mengerjakan shalat setelah batas akhir statusnya batal, sebagaimana orang yang mengerjakan shalat sebelum masuk waktu, juga batal. Dengan demikian, hukum asal shalat, harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan. Dan tidak boleh keluar dari hukum asal ini, kecuali karena ada sebab yang diizinkan oleh syariat, seperti alasan bolehnya menjamak shalat.
Kedua, pelaksanaan shalat wajib ada 4 bentuk: ada’, qadha, I’adah, dan dijamak.
1. Ada’ [arab: أداء] : melaksanakan shalat pada waktu yang telah ditentukan. Inilah cara mengerjakan shalat dalam kondisi normal, sebagaimana jadwal shalat yang telah dimaklumi bersama.
2. Qadha [arab: قضاء] : melaksanakan shalat setelah batas waktu yang ditetapkan. Ini hanya boleh dikerjakan dalam kondisi tertentu, yang nanti akan dibahas.
3. I’adah [arab: إعادةُ] : Mengulangi shalat wajib, karena shalat sebelumnya dinilai batal dengan sebab tertentu, namun masih dalam rentang waktu shalat. Misal, orang shalat dzuhur tanpa bersuci karena lupa, kemudian dia mengulangi shalat tersebut sebelum waktu dzuhur selesai.
4. Jamak : melaksanakan shalat yang digabungkan dengan shalat sebelumnya atau sesudahnya. Jamak hanya boleh dilakukan dengan syarat dan ketentuan tertentu
Ketiga, orang yang telat dalam mengerjakan shalat ada 2:
a. Telat mengerjakan shalat di luar kesengajaan.
Seperti ketiduran, atau kelupaan, kemudian baru sadar setelah waktu shalat selesai. Dalam kondisi ini, dia diwajibkan untuk segera melaksanakan shalat setelah sadar. Dalil ketentuan ini adalah hadis dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا
“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Disebutkan dalam hadis yang lain bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan suatu perjalanan bersama para shahabat. Di malam harinya, mereka singgah di sebuah tempat untuk beristirahat. Namun mereka kesiangan dan yang pertama bangun adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sinar matahari.
Kemudian, beliau berwudhu dan beliau memerintahkan agar azan dikumandangkan. Lalu, beliau melaksanakan shalat qabliyah subuh, kemudian beliau perintahkan agar seseorang beriqamah, dan beliau melaksanakan shalat subuh berjemaah. Para sahabatpun saling berbisik, ‘Apa penebus untuk kesalahan yang kita lakukan karena telat shalat?’ Mendengar komentar mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِيَّ النَّوْمِ تَفْرِيطٌ، إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةَ الْأُخْرَى، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّهَا حِينَ يَنْتَبِهُ لَهَا
“Sesungguhnya ketiduran bukan termasuk menyia-nyiakan shalat. Yang disebut menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang menunda shalat, hingga masuk waktu shalat berikutnya. Siapa yang ketiduran hingg telat shalat maka hendaknya dia laksanakan ketika bangun…” (HR. Muslim)
Namun perlu diingat, makna hadis ini tidak berlaku untuk orang yang sengaja tidur ketika datang waktu shalat, dan tidak bangun sampai waktu shalat selesai. Kemudian dia beralasan ketiduran, padahal tidak ada usaha darinya untuk bangun ketika waktu shalat.
b. Telat mengerjakan shalat dengan kesengajaan
Orang yang sengaja menunda shalat, hingga keluar waktu shalat, telah melanggar dosa yang sangat besar. Sampai sebagian ulama memvonis perbuatan semacam ini sebagai tindakan kekafiran. Ini menunjukkan bahwa sengaja menunda waktu shalat sampai keluar waktu, statusnya dosa yang sangat besar. Dan dia wajib untuk sungguh-sungguh bertaubat.
Apakah orang ini wajib qadha?
Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Mayoritas ulama berpendapat, dia tetap wajib mengqadha shalatnya dan dia berdosa karena perbuatannya, selama belum sungguh-sungguh bertaubat. Sementara pendapat yang dikuatkan syaikhul islam, qadha shalat yang dia kerjakan tidak sah, karena berarti dia melaksanakan shalat di luar waktu tanpa udzur (alasan) yang dibolehkan. Syaikhul Islam mengatakan,
وتارك الصلاة عمدا لا يشرع له قضاؤها ، ولا تصح منه ، بل يكثر من التطوع ، وهو قول طائفة من السلف
“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak disyariatkan meng-qadhanya. Dan jika dilakukan, shalat qadhanya tidak sah. Namun yang dia lakukan adalah memperbanyak shalat sunah. Ini meruapakan pendapat sebagian ulama masa silam.” (Al-ikhtiyarot, hlm. 34).
Keempat, bolehkah melakukan qadha shalat di waktu terlarang
Ada beberapa waktu yang terlarang untuk shalat, diantaranya: ketika matahari terbit, atau matahari tenggelam. Ketika ada orang yang ketiduran shalat subuh dan baru bangun ketika matahari terbit, atau ketiduran shalat asar, dan baru bangun ketika matahari terbenam, bolehkah dia mengqadha?
Dalam fatwa islam dinyatakan,
فإن حصل للمسلم عذر كالنوم والنسيان ولم يتمكن من فعل الصلاة في وقتها ، فإنه يجب عليه إذا زال العذر أن يقضي الصلاة ، ولو كان ذلك في وقت من أوقات النهي . وهو قول جمهور العلماء . انظر : المغني (2/515)
Jika seorang muslim memiliki udzur, seperti ketiduran atau kelupaan, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan shalat pada waktunya, maka wajib baginya untuk mengqadha shalat ketika sudah sadar, meskipun di waktu yang terlarang. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Simak Al-Mughni (2/515). (Fatawa Islam, no. 20013)
Kelima, baru teringat setelah melewati beberapa shalat
Orang yang lupa shalat, dan baru teringat setelah melewati beberapa shalat maka dia wajib mengqadha shalat tersebut dan beberapa shalat yang dilewati. Misalnya, orang lupa shalat dzuhur dan baru ingat setelah maghrib. Dia wajib mengqadha shalat dzuhur, asar, kemudian maghrib.
Keenam, Shalat tanpa bersuci karena lupa
Shalat tanpa bersuci, baik dengan wudhu maupun tayammum, hukumnya batal. Kecuali jika dia tidak mampu melakukan keduanya. Namun jika ada orang yang shalat tanpa berwudhu karena lupa, padahal normalnya dia mampu berwudhu, maka status shalatnya batal dan wajib diulangi, ketika ingat. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا يقبَلُ اللهُ صلاةَ أحدِكم إذا أَحْدثَ حتى يتوضَّأَ
“Allah tidak menerima shalat kalian ketika dalam kondisi hadats, sampai dia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena statusnya batal, shalat yang dikerjakan tanpa berwudhu, tidak dinilai sebagai shalat. Dan jika dia baru ingat setelah keluar waktu shalat maka wajib diqadha.
Dalam Fatwa Sayabakah Islamiyah dinyatakan,
فمن صلى بغير وضوء ناسياً، ثم تذكر ذلك ولو بعد خروج وقت الصلاة، توضأ وأعاد صلاته ولا إثم عليه ما دام فعل ذلك نسياناً، لقوله صلى الله عليه وسلم ” إن الله تجاوز عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه ” رواه ابن ماجه والبيهقي وغيرهما
“Orang yang shalat tanpa wudhu karena lupa, kemudian dia baru teringat, meskipun sudah keluar waktu shalat, dia harus berwudhu dan mengulangi shalatnya. Dia tidak berdosa, selama itu dilakukan karena lupa. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah meangampuni kesalahan umatku karena keliru, lupa, atau dipaksa.” HR. Ibnu Majah, Baihaqi dan yang lainnya. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 27116)
Allahu a’lam
Maya, k24
Sering kita mendengar cerita org atau melihat berita di TV bahwa ada anak yg terlahir memiliki kelebihan yg pd usia 4 th anak tsb sdh lancar brbhsa jerman dan anak tsb menceritakan bhwa dahulunya dia pernah hidup sbg seorang pilot, sampai ortu anak tsb meyakini bahwa anak tsb reinkarnasi dr sang pilot td, dan banyak lg kasus2 serupa itu.
Ustadzah.. Apa iya ruh diciptakan utk beberapa tubuh / kehidupan? Sedangkan setau ana dlm Islam tdk ada namanya reinkarnasi. Mohon penjelasannya ustzh, jazakumullahu khairan katsiran
Quran dengan tegas menolak doktrin reinkarnasi :
Ada begitu banyak ayat-ayat Alquran yang dengan jelas menolak doktrin reinkarnasi
" Dan tidak mungkin bagi (penduduk) suatu negri yang telah Kami binasakan,bahwa mereka tidak akan kembali " ( QS. al Anbiya , 95)
" Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka,yang memang tidak kembali kepada mereka," ( QS. al Yasin , 31 )
" Sehingga saat kematian datang kepada salah satu dari mereka , ia berkata : Ya Tuhanku ! kembalikanlah aku ,
agar aku dapat melakukan kebajikan yang telah aku tinggalkan! Sekali-kali tidak ! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di belakang mereka ada penghalang sampai hari ketika mereka dibangkitkan " ( QS. al Muminun , 99-100 )
Seperti yang tercantum dalam ayat-ayat tersebut , tidak ada kembali ke kehidupan duniawi setelah kematian,ruh akan menunggu di al- barzakh ( alam kubur setelah kematian ) sampai hari kiamat .
" Dan Allah mengeluarkan kamu dari rahim ibu tanpa mengetahui apa-apa , dan memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur". ( QS. al Nahl , 78 )
Menurut reinkarnasi yang diklaim diperlukan untuk kesempurnaan jiwa , manusia dilahirkan dengan sudah terdidik dan mengetahui.Namun, Quran , kalam Allah , mengatakan bahwa manusia lahir tanpa pengetahuan,itulah yang persis apa yang kita lihat pada semua bayi.
Seperti yang terlihat dalam semua ayat-ayat ini,jelas bagi seorang Muslim yang percaya Al-Quran bahwa tidak ada kembali ke dunia baik ruh maupun raga setelah kematian . Meyakini reinkarnasi juga merupakan penolakan ayat-ayat ini . Sekarang seorang Muslim atau Kristen harus bertanya kepada dirinya sendiri:haruskah saya percaya pada agama yang mempunyai bukti yang tak terhitung jumlahnya dan yang telah diinformasikan dan ditetapkan oleh Allah , atau haruskah saya percaya pada ide yang meragukan yang tidak memiliki bukti ilahi dan tertentu meskipun banyak orang yang bersemangat untuk membuktikannya ?
"Sesungguhnya ! Orang-orang yang beriman ( pada apa yang diwahyukan kepamu, Muhammad) ,orang-orang Yahudi,orang-orang Nasrani,dan orang-orang Sabi’in siapa saja (diantara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat kebajikan- pasti mereka mendapat pahala dari Tuhannya,tidak ada kekhawatiran pada mereka dan mereka tidak akan bersedih hati ( QS. al Baqarah , 62 )
yuli, G1689
Mo tanya ustdzah,, dlm hadits dijelaskan, bila punya anak bayi (sblm baligh) meninggal dunia akan menolong ortunya di akherat kelak dgn keikhlasan tentunya.. Nah, yg saya tanyakan bagaimana jika ortu td dlm akhir hayatnya jauh dr kata iman dan takwa.. Mohon arahannya ustadzah??
Jazakumullahu khairan katsiran
Bayi Meninggal Menolong Orang Tuanya.
Bayi itu dilahirkan suci dan bersih. Kelak di alam maghsyar, ia menjadi penolong bagi kedua orangtuanya. Namun perlu diingat, anak itu hanya bisa menolong orangtuanya kalau mereka masih berada dalam jalan Islam. Kalau mereka sudah menyimpang dari jalan Islam atau berbagai peraturan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, pertolongan itu akan batal dengan sendirinya.
Contoh, orangtuanya telah meninggalkan shalat lima waktu hingga ajalnya tiba. Lebih-lebih mereka dengan kekayaannya yang berlimpah tidak mau menjalankan ibadah haji. Sekali lagi, anak tersebut hanya bisa menolong orangtuanya, sebatas jika orangtuanya juga menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar