Senin, 22 Agustus 2016

Pengaruh Kekerasan pada Anak Terhadap Perkambangannya

๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹

KAJIAN ONLINE KUTUBER

" PENGARUH KEKERASAN PADA ANAK TERHADAP PERKEMBANGANNYA "

HARI / TGL : Selasa, 17 Mei 2016.

๐Ÿก Tempat : Ta'lim K_327
๐Ÿ‘ฐ NARSUM : Ferly Dahliyana
๐ŸŽค Moderator : Lola
๐Ÿ“ Notulensi : Nurul
✏ Presensi : 101 dari  247 peserta
 ๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹

➡ MATERI KAJIAN :
〰〰〰〰〰〰〰〰

๐ŸŽฏKekerasan dalam bentuk apa pun yang dialami anak tentu membawa dampak. Selain stres dan depresi, kekerasan yang dialami juga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara psikis maupun fisik.

๐Ÿฎ Dampak yang dialami anak berbeda-beda, tergantung dari jenis kekerasan yang mereka alami dan cara mereka menerima tindak kekerasan tersebut.



Dra. Mayke Tedjasaputra, M.Psi, Ahli Psikologi anak dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan, anak yang memiliki pengalaman buruk dengan perlakuan kasar dari orangtuanya, berpotensi dapat melakukan hal yang sama terhadap keturunannya kelak. Tanpa sadar, mereka meniru sisi brutal dari orangtuanya, seperti saat tindak kekerasan terjadi.



“Karena meniru, anak bisa melakukan hal yang sama pada keturunannya kelak. Yang jelas, perkembangan kepribadian psikis anak akan terganggu. Mereka juga akan menjadi sangat agresif dan  marah kepada lingkungan karena yang dia alami adalah sesuatu yang negatif,” tutur Mayke.



Contoh nyata bahwa kekerasan memengaruhi kejiwaan seseorang adalah penguasa Nazi dan pembunuh berdarah dingin, Adolf Hitler. Hitler mengalami kekerasan dari ayahnya sejak usia 7 tahun. Sang ayah sangat membenci Hitler karena menganggapnya anak yang aneh dan antisosial. Pengalaman tersebut ternyata menumbuhkan dendam hingga Hitler tumbuh menjadi manusia yang sangat dingin dan kejam.



Selain menjadi agresif, anak yang mengalami kekerasan seringkali menjadi orang yang mudah takut, sangat cemas, lemah, sulit bergaul, introvert, tidak percaya diri, merasa tidak aman, hingga depresi. Efek traumatis ini juga dapat membuat prestasi belajar Si Kecil menurun. Selain itu, trauma anak tersebut juga bisa muncul sewaktu-waktu saat ia melihat peristiwa yang sama terjadi pada orang lain.



Pada dampak kekerasan fisik, biasanya akan meninggalkan bekas lebam, kerusakan fisik, kecacatan, hingga kematian. Sementara, pada kekerasan seksual biasanya menimbulkan trauma sangat  mendalam yang memengaruhi masa depan, seperti takut menikah, penyimpangan seksual, atau kasus transgendermaupun transeksual saat mereka beranjak dewasa.



Namun, tidak semua anak korban kekerasan akan mengalami dampak negatif. Mayke mengungkapkan, dalam beberapa kasus, terdapat anak yang justru mengambil sisi positif dari kejadian yang pernah ia alami. “Dari segi kepribadian, anak tersebut memiliki suatu nilai plus dalam dirinya yang membuat dia mencoba untuk bangkit dan mengalami turning point. Jadi, ia tidak mau melakukan hal yang sama. Ia juga melihat akibat-akibat yang dia rasakan, dan ia tidak mau itu terulang dengan anaknya nanti,” kata Mayke.



Selain itu, dampak buruk yang ia pernah rasakan juga bisa menjadi motivasi seorang anak tertentu untuk berprilaku lebih positif dan tidak mau menyakiti orang lain. Untuk mengatasi anak yang sudah terlanjur mengalami trauma, memang diperlukan beberapa pendekatan. Untuk kondisi yang sudah parah, diperlukan terapi psikologis khusus yang ditangani oleh tenaga ahli. Tidak hanya itu, dukungan dan kemauan orangtua untuk berubah juga sangat diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Karena sejatinya, perkembangan kepribadian dan karakter seorang anak berawal dan terbentuk dari kehidupan yang ia jalani di rumah. Kehidupan keluarga yang kondusif, memiliki kesempatan lebih besar dalam membentuk pribadi yang baik pada keturunan mereka.


Secara psikologis dan jangka panjang, beberapa alasan mengapa kita tidak dibolehkan melakukan kekerasan pada anak adalah sebagai berikut:

1. Memukul anak malah mengajarkan mereka untuk menjadi orang yang suka memukul. Cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang sering dipukul memiliki perilaku agresif dan menyimpang saat mereka remaja dan dewasa. Anak-anak secara alami belajar bagaimana harus bersikap melalui pengamatan dan meniru orangtua mereka. Makanya jika Anda suka memukul, saat dewasa nanti, mereka pun akan menganggap apa yang Anda lakukan itu memang boleh dilakukan. Dan tanpa sadar, mereka juga akan melakukan cara yang sama untuk anak-anaknya. Maka melakukan kekerasan pada anak, akan menjadi semacam siklus seumur hidup yang jika tidak diputus, akan berulang terus pada beberapa generasi.

2. Hukuman kekerasan fisik malah membuat anak tidak belajar bagaimana seharusnya menyelesaikan konflik dengan cara yang efektif dan lebih manusiawi. Anak yang dihukum jadi memendam perasaan marah dan dendam. Anak yang dipukul orangtuanya pun jadi tidak bisa belajar bagaimana menghadapi situasi yang serupa di masa depan.

3. Hukuman untuk anak dengan kekerasan bisa mengganggu ikatan antara orangtua dan anak. Ikatan yang kuat seharusnya didasari atas cinta dan saling menghargai. Pukulan anda, akan membuat anak merasa tidak dihargai. Padahal harga diri yang positif, adalah aset bagi anak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat secara psikis. Mungkin saat Anda memukul anak, dan si anak kemudian menuruti perkataan Anda, tetapi apa yang dilakukannya itu hanya karena dia takut. Sikap itu pun tidak akan bertahan lama karena pada akhirnya anak akan memberontak lagi.

4. Pada anak yang mudah marah dan frustasi, kebiasaannya itu tidaklah terbentuk dari dalam dirinya. Kemarahan tersebut sudah terakumulasi sejak lama, sejak orangtuanya mulai memberinya hukuman dengan kekerasan. Mungkin pada awalnya hukuman itu memang sukses membuat anak bersikap baik. Namun, saat si anak beranjak remaja dan menjadi dewasa, hukuman itu malah menjadi semacam bahaya laten, yang jika ada masalah yang menjadi triggernya, tingkah laku kita saat menghukumnya malah menjadi bumerang buat kita sendiri.

5. Hukuman fisik bisa membuat anak menangkap pesan yang salah yaitu ‘tindakan itu dibenarkan’. Mereka merasa memukul orang lain yang lebih kecil dari mereka dan kurang memiliki kekuatan, adalah diperbolehkan. Saat dewasa, anak ini akan tumbuh menjadi orang yang kurang memiliki kasih sayang pada orang lain, empatinya menjadi kurang berkembang dan selalu merasa takut pada orang yang lebih kuat dari mereka.

6. Berkaca dari orangtuanya yang suka memukul, anak belajar kalau memukul merupakan cara yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan perasaan dan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, sungguh memukul anak bukanlah cara yang tepat untuk mendidik mereka atau membuat mereka jadi orang yang lebih baik.

〰〰➰〰〰

➡ TANYA JAWAB :

Pertanyaan :

1⃣ Anisa

Mba saya mau nnya tentang eksploitasi seksual komesial anak,.itu kan termasuk kekerasan anak juga kan? Nah untuk penanggulangalannya bagaimana, syukron. ๐Ÿ˜Š

Jawaban
๐Ÿ”ฝ iya, balik lagi ke peran orang tua sebagai pendidik,  terutama ibu sebagai madrasah, mereka adalah kunci tumbuh kembang dan akan seperti apa anaknya kelak, menyikapi ekploitasi dan maraknya anak menjdi korban kekerasan seksual, ini adalah salah satu akibat kurangnya penanaman akidah yang benar pada diri orang tua, atau pada si pelaku kekerasan itu sendiri, penanggulangan terpadu dari orang tua, ketua rt,rw, kepolisian ibu2 pkk,dan semua instansi terkait, yg bekerjasama dengan baik, bahwa anak itu harus di jaga bersama, di didik dan di lindungi bersama.

2⃣Rosmiati

Mba. Sy punya seorang putra umur 1 tahun 2 bln. Sy perhatikan akhir2 ini dia sering mukul. Pdhal kami tidak prnh mengajarkan mukul. sy dan suami menganalis dia melihat saat di titipin. Bagaimana solusinya mba biar anak sy berhenti suka mukul.

Jawaban :
๐Ÿ”ฝanak seusia putra bunda,  ini sangat gampang sekali meniru lingkungannya, siapa yg suka melakukan itu di tempat penitipan? Kalau bisa di larang memukul seperti itu karena anak akan menganggap itu adalah hal yg wajar, kedua jika memang masih begitu pindahkan saja tempat anda menitipkan si dede nya bunda.

3⃣ Susana

Ana punya anak usia 3 thn. Blm lancar bicara. Padahal ana klu mengajak bicara tdk pernah salah2 agar jelas bicara nya tp bln bs juga dan anak  ana aktif sejak usia 3bln dan skrng aktif nya luar biasa. Gimana cr mendidik anak yg aktif kadang apa yg dikerjakan membahayakan nya dan cara berintraksi dng baik?

Jawaban
๐Ÿ”ฝ Anak usia segini, memang senang mengeksplorasi lingkungannya bunda, jdi berikan permainan yanga dapat mengalihkan sekaligus merangsang saraf motoriknya, anak aktif itu berarti dia sehat, untuk masalah bicara, setiap anak memiliki pola tumbuh kembang yng berbeda, berikan stimulan, seperti vcd atau di dvd edukatif bunda, jdi anak yerstimulasi tidak hanya pendengarannya tetapi juga saraf motorik halusnya.

4⃣ Dessy

Assalamualaikum kak ferly cantik dan sholehah in syaa Allah
Saya dari kecil sering melihat tindak kekerasan dilingkungan keluarga saya.๐Ÿ˜ž

Akhirnya dulu, waktu kecil saya sering mukul adik saya. Bentak2. Astaghfirullah..

Skrg pun, adik2 saya juga sering saling memukul kalo lg berantem๐Ÿ™ˆ

Saya udh gamau lagi, krn udh besar. Udh sadar diri dan takut dosa.

Nah tp adik2 saya ini, saya merasa bersalah sptinya saya mengajarkan hal yg tidak baik. Tp saya yakin, apa yg saya lakukan dulu itu akibat apa yg saya saksikan di lingkungan keluarga saya.

Pertanyaannya, apa yg harus saya lakukan untuk memperbaiki kelakuan adik2 saya?
Sedangkan kekerasan itu masih terjadi๐Ÿ˜ญ saya gabisa berbuat apa2, mereka yg melakukan kekerasan itu udah saklek banget mau dinasihatin pake cara apapun juga๐Ÿ˜ญ

Jawaban
๐Ÿ”ฝ usia brpa adik2nya? Jika sudah di atas 10 tahun, atau sudah masu usia sekolah, harusnya sudah bisa di ajak diskusi, di berikan pemahaman bahwa apa yg di lakukan itu salah,memukul tidak akan menyelesaikan masalah, dan orang rumah harus komit bahwa mereka tidak akan menggunakan kekerasan fisik sebagai hukuman, jika masih bgtu, lakukan punishment yg efektif, misal tidak boleh main mainan kesukaannya dalam beberapa waktu, atau tidak di beri uang saku beberapa hari, dll.

5⃣ mak epon

Adakah batasan ketika kita u memarahi anak.....

Karena sy khawatir ketika anak melakukan kesalahan, trus kita tdk memarahi nya hanya menasihati saja.... sianak akan merasa _"ah kecil melakukan kesalahan kaya gitu tdk di marahin"-
Saya masih suka di lematis ....

๐Ÿ”ฝ tujuan kita menegur anak adalah memberikan pemahaman bahwa apa yg dia lakukan itu salah, bukan dengan memarahi, anak akan takut, tpi tidak mengerti intinya kenapa kita marah, akan lebih bijak, jika kita share ke anak, apa yg membuat kita tidak suka dgn kesalahan yg dia perbuat.

๐Ÿ’ž๐Ÿ’

๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹๐Ÿ—’๐Ÿ–‹

Tidak ada komentar:

Posting Komentar